Tuesday, 5 June 2007 01:56:00 JAKARTA, Investor Daily
Tujuh perusahaan berstatus penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) akan membangun pabrikpulp (bubur kertas) dan kertas senilai Rp 69,37 triliun di Indonesia.
Kian ekspansifnya industri pulp dan kertas serta bangkrutnya sejumlahindustri serupa di Amerika Utara dan Eropa Utara berpotensi menempatkan Indonesia sebagai produsen pulp dan kertas terbesar ketiga dunia, dari peringkat ketujuh saat ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh *Investor Daily *dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta pekan lalu, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk akan menggelontorkan total investasi Rp 15,43 triliun. Anak perusahaan Asian Pulp and Paper (APP) di bawah kelompok Sinar Mas itu akan membangun pabrik kertas berkapasitas 562.000 ton senilai Rp 10,57 triliun di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Di lokasi yang sama, Indah Kiat juga akan membangun pabrik pulp berkapasitas 600.000 ton per tahun senilai Rp 4,86 triliun.
PMA lainnya, PT Intiguna Primatama berniat membangun industri pulp di Riau berkapasitas 500.000 ton dengan investasi Rp 1,5 triliun. Dari investor berstatus PMDN, PT Putra Adil Laksana, PT Tranindo Sinar Utama, dan PT Karawang Ekawana Sukses masing-masing akan membangun pabrik pulp di Kabupaten Barito Kuala (Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Tengah), dan Pontianak (Kalimantan Barat). Masing-masing pabrik pulp berkapasitas dua juta ton setahun itu investasinya sekitar Rp 17,13 triliun.
Selain itu, PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk serta PT Wirajaya Packindo akan mendirikan pabrik kertas di Jawa. PT Surabaya Agung berencana membangun pabrik di Gresik (Jatim) senilai Rp 774,72 miliar berkapasitas 110.000 ton per tahun, sedangkan PT Wirajaya akan berinvestasi Rp 250 miliar untuk membangun pabrik berkapasitas 150.000 ton per tahun di Tangerang (Banten).
Sementara itu, lewat APRIL, perusahaan kelompok Raja Garuda Mas (RGM) tengah membangun pabrik kertas keduanya di Sumatera. Pabrik yang dimulai pembangunannya tahun lalu itu akan dijadwalkan selesai akhir 2007, sehingga kapasitas produksi kertas naik dua kali lipat menjadi 800.000 ton setahun. APRIL yang merupakan salah satu produsen pulp terbesar di dunia ini mempunyai pabrik bubur kertas di Indonesia dengan total kapasitas produksi dua juta ton per tahun.
Ketua Presidium Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) HM Mansurmengatakan, investor pulpdan kertas domestik maupun asing sangat berminat membangun pabrik baru di negeri ini. Hal itu terkait ditutupnya sejumlah pabrik pulpdi kawasan Amerika Utara dan Eropa Utara karena tidak kompetitif lagi.
Selama ini, industri pulp di dua kawasan itu menguasai 56,4% produksi dunia yang mencapai 221,3 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksipulpIndonesia diperkirakan sebesar 6,73 juta ton pada 2007 dengan pangsa pasar dunia sebesar 2,5%.
Sebelumnya, Senior Director Corporate Logistic Division Sinar Mas Raymond A Liu mengatakan, sejumlah industri pulp dengan total kapasitas 2,4 juta ton di Amerika Utara telah ditutup dalam dua tahun terakhir. Industri itu antara lain Domtar, Neenah Paper, Sappi, Bowater, Fraser, Tembec, dan Western Pulp
Demikian pula industri pulp dan kertas di Eropa Utara banyak tutup dan merelokasi pabrik karena biaya buruh yang mahal maupun mesin yang sudah tua.
Mansur menjelaskan, sejumlah industri pulp dunia telah merelokasi pabrik ke Amerika Latin, sehingga kapasitas industri pulpnya melonjak, diprediksi menjadi delapan juta ton pada 2008.
*Terbesar Ketiga*
Menurut Mansur, saat ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk menarik investasi asing ke industri pulpdan kertas di Tanah Air. Amerika Latin pun takut Indonesia menjadi pesaing yang kuat, karena luas hutan Indonesia sangat besar, biaya produksinya kompetitif, serta dekat dengan Tiongkok yang menjadi tujuan ekspor pulp mereka.
Karena itu, Mansur dan Sekjen Masyarakat Perhutanan Indonesia Agung Nugraha optimistis, Indonesia mempunyai peluang untuk menjadi produsen pulp dan kertas terbesar ketiga di dunia. Sebab, negeri ini memiliki persediaan areal hutan tanaman industri (HTI ) yang sangat besar.
Menurut Agung, jika pemerintah dan pengusaha kehutanan mampu mewujudkan target pembangunan HTI seluas lima juta hektare (ha) serta hutan tanaman rakyat (HTR) seluas sembilan juta ha sampai 2009, kebutuhan bahan baku untuk industri pulptidak akan menjadi persoalan lagi. "Jika semua target penanaman itu bisa terpenuhi, Indonesia dapat menjadi produsen pulp dan kertas nomor tiga di dunia, paling cepat tahun 2012," ujar Agung.
Optimisme serupa juga diungkapkan Presdir Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Rudi Fajar. Menurut dia, tutupnya pabrik-pabrik pulp di Amerika Utara dan Eropa Utara membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi di sector ini.
"Dalam berbagai forum sudah dilontarkan peluang Indonesia menarik investasi besar-besaran dipulp, dan kita bisa melompat dari negara produsen ketujuh dunia menjadi terbesar ketiga," ujar Rudi.
Rudi Fajar menjelaskan, konsumsi pulp dunia akan terus naik, didorong naiknya konsumsi kertas di semua jenis, seiring membaiknya ekonomi dunia. Dalam pandangan Rudi, kebijakan pemerintah pada prinsipnya sudah sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen terbesar ketiga dunia. Ambisi ini dapat diwujudkan jika tersedia lahan yang mendapat perlindungan hokum kuat untuk pengembangan HTI. "RAPP masih berminat ekspansi, jika memang tersedia lahan untuk HTI," paparnya.
Untuk menyiasati berbagai kendala investasi di lapangan, kata Rudi, umumnya investor baru mengakuisisi perusahaan HTI maupun industri pulp dan kertas yang sekarat. Nantinya, investor baru itu tinggal membenahi manajemen dan teknologi.
Mansur menambahkan, saat ini total areal konsesi yang dimiliki perusahaan pulp nasional diperkirakan hanya 3,3 juta ha, dari total kawasan hutan produksi dan hutan produksi konversi yang dapat diberdayakan seluas 70 juta ha.
*Banyak Pungutan
*Mansur membeberkan sejumlah kendala yang menghambat langkah investorberinvestasi besar-besaran di Indonesia, seperti kepastian hukum danberbagai pungutan.
Investor, kata dia, butuh kepastian dan konsistensi hukum dalam jangka panjang serta jaminan keamanan, seperti bebas dari gangguan penyerobotan lahan dan penebangan liar di hutan tanaman industri. Investor juga menyoroti soal hambatan di perburuhan, korupsi,pungutan liar, maupun berbagai pungutan daerah.
"Kalau Indonesia tidak menyediakan jaminan keselamatan investasi itu,negara-negara lain seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Kamboja akan menjadi tujuan investasi yang dilirik investor asing," tutur Mansur.
Agung Nugraha mengakui beratnya beban pungutan yang dialami pengusahakehutanan. "Selama ini, pengusaha kehutanan memiliki kewajiban kepada Negara dan masyarakat lewat pajak dan nonpajak, termasuk 13 item pungutan seperti dana reboisasi, PSDH, serta pajak bumi dan bangunan," kata Agung.*(c92/c107/shd/en)
Read more...