Tampilkan postingan dengan label APP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label APP. Tampilkan semua postingan

4.23.2008

pulp,harga dan indikasi illegal logging

oleh : Martin Sihombing & Erwin Tambunan
Keperkasaan nilai mata uang euro terhadap dolar AS mengakibatkan harga pulp dan kertas dunia naik. Peristiwa tersebut diprediksi akan berlangsung hingga akhir tahun ini. Ada dugaan melonjaknya harga pulp dan kertas seperti siklus. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membawa konsumsi dan permintaan kertas tinggi. Ini saat industri kertas dan pulp banyak menjual, harga tinggi, dan untung besar.

Apalagi, pertumbuhan GDP (gross domestic brutto) ekonomi dunia pada 2007 menguat dan sebagai konsekuensi, konsumsi kertas di Eropa naik dengan rata-rata 2%-3%. Namun, ada pihak yang juga mengatakan kondisi tersebut tidak berkorelasi dengan kenaikan harga kertas.

Ada dugaan, kondisi tersebut (kenaikan harga kertas), lantaran saat booming, sejumlah perusahaan menambah investasi guna menambah kapasitas produksi. Akibatnya, saat kapasitas yang baru itu sudah online, pertumbuhan ekonomi melambat, pasar kebanjiran kertas dan pulp, harga kolaps.

Jadi, kenaikan harga kertas, bukan situasi yang tiba-tiba. Bahkan, kini, apresiasi euro-1 euro kini sekitar US$1,57, sedangkan sebelumnya US$1,3-konon mengakibatkan biaya transportasi dan lain sebagainya ikut naik, mendorong harga kertas dan pulp. "Biaya produksi menjadi mahal. Perusahaan pulp di Eropa dan Amerika Selatan semakin tidak mampu bersaing," kata Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M. Mansyur. Mansyur memprediksi kenaikan harga pulp dan kertas akan berlangsung sepanjang tahun ini. "Mungkin hingga akhir tahun ini."

Dia mengakui kenaikan itu juga disebabkan pasokan bahan baku pulp dan kertas industri, khususnya di Indonesia yang mengalami hambatan. Lantaran belum dicabutnya police line pada bahan baku milik sejumlah produsen pulp di Riau, yang diduga melakukan illegal logging.

Mansyur mengatakan kini upaya memperoleh pulp serat pendek asal Indonesia di pasar Asia sulit. "Harga naik US$30 hingga US$40 per ton. Pada Maret 2008, harga pulp serat pendek US$730 per ton, April 2008 naik menjadi US$770 per ton," ujarnya.

Menurut dia, kenaikan itu memicu kenaikan harga kertas di Indonesia. "Sekarang harga US$1.000 per ton. Sebelumnya, harga kertas US$950-US$960 per ton," tutur Mansyur.
Illegal logging

Kondisi kritis ini sudah diprediksi pulpinc.wordpress.com. Menurut mereka, akibat tindakan polisi mengatasi illegal logging (pembalakan liar) memberikan dampak pada pasok bahan baku industri pulp.

Produsen pulp Indonesia pada 2008, diprediksi akan turun hingga 75%. Namun, kondisi itu memberikan indikasi kuat bagaimana banyaknya industri di Indonesia yang bergantung pada illegal logging.

Produksi pulp di Indonesia dalam satu dekade terakhir memperlihatkan perkembangan yang dramatis. Pada 2006, produksi mencapai 5,6 juta ton, 2007 turun menjadi 5,2 juta ton (80% dari kapasitas). Karena industri pulp besar tidak cukup mendapatkan bahan baku ketika polisi mencegah mereka menggunakan kayu ilegal.

Untuk beberapa tahun ke depan kondisi tidak pasti itu akan melingkupi industri pulp.
Diakui, APP dan APRIL sempat merencanakan menaikkan kapasitas pulp hingga 1 juta lebih dalam dua tahun ke depan. Kemudian United Fiber Systems merencanakan membuat pabrik baru di Kalimantan berkapasitas 600.000 ton. Pada Maret 2008, International Paper berencana investasi US$4 miliar di Indonesia.
Wood Resources International menyebutkan sumber bahan baku untuk industri serat yang membesar akan menjadi problem. Dari laporan WWF, dalam 25 tahun ke depan, 10,5 juta hutan di Sumatra seperti Riau akan habis dibabat.

Apalagi permintaan kayu dari industri pulp semakin besar. Itu didorong oleh permintaan yang terus naik. Pada semester pertama 2006, misalnya, impor pulp China mencapai 3,28 juta ton. Pada 2004, China mengambil alih AS sebagai pengimpor pulp terbesar di dunia. China sejak lama menjadi importir waste paper (kertas bekas), pada 2005 mengimpor 16 juta ton.

Importir terbesar ke China adalah produsen pulp asal Indonesia Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL). APRIL memiliki pasar yang besar di Asia, sekitar dua pertiga dari total pasar dalam setahun. China adalah pasar terbesar diikuti Korsel, Indonesia, India, Taiwan, dan Jepang. Dua pertiga pasar di Indonesia, dikuasai APRIL. Kedua, Aracruz mencapai 400.000 ton.

"Tren permintaan pulp di China membesar dan tidak menurun hingga kuarter pertama 2007," ujar Alf Henrik Gistren, General Manager Aracruz's Asian kepada Bloomberg.

Perusahaan internasional pun investasi di China yang mendorong permintaan pulp. Pada 2004, perusahaan asing menguasai 29% pasar kertas di China yang mencapai 54,4 juta ton.
Poyry, consulting dan engineering group dari Finlandia, memprediksi konsumsi kertas dan board akan tumbuh 5% per tahun hingga 2020. Di Eropa dan Amerika Utara, konsumsinya akan tumbuh sekitar 1% per tahun.
Permintaan yang melonjak itu, bukan hanya indikasi harga akan terus naik. Namun, bisa membuat gelap mata para produsen. Pembalakan liar berpeluang merebak.
(martin.sihombing@bisnis.co.id/erwin.tambunan@bisnis.co.id)
http://web.bisnis.com/artikel/2id1101.html
Read more...

12.13.2007

Tujuh Perusahaan Investasi Pulp dan Kertas Rp 69 T

Tuesday, 5 June 2007 01:56:00 JAKARTA, Investor Daily

Tujuh perusahaan berstatus penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) akan membangun pabrikpulp (bubur kertas) dan kertas senilai Rp 69,37 triliun di Indonesia.

Kian ekspansifnya industri pulp dan kertas serta bangkrutnya sejumlahindustri serupa di Amerika Utara dan Eropa Utara berpotensi menempatkan Indonesia sebagai produsen pulp dan kertas terbesar ketiga dunia, dari peringkat ketujuh saat ini.


Berdasarkan informasi yang diperoleh *Investor Daily *dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta pekan lalu, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk akan menggelontorkan total investasi Rp 15,43 triliun. Anak perusahaan Asian Pulp and Paper (APP) di bawah kelompok Sinar Mas itu akan membangun pabrik kertas berkapasitas 562.000 ton senilai Rp 10,57 triliun di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Di lokasi yang sama, Indah Kiat juga akan membangun pabrik pulp berkapasitas 600.000 ton per tahun senilai Rp 4,86 triliun.
PMA lainnya, PT Intiguna Primatama berniat membangun industri pulp di Riau berkapasitas 500.000 ton dengan investasi Rp 1,5 triliun. Dari investor berstatus PMDN, PT Putra Adil Laksana, PT Tranindo Sinar Utama, dan PT Karawang Ekawana Sukses masing-masing akan membangun pabrik pulp di Kabupaten Barito Kuala (Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Tengah), dan Pontianak (Kalimantan Barat). Masing-masing pabrik pulp berkapasitas dua juta ton setahun itu investasinya sekitar Rp 17,13 triliun.

Selain itu, PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk serta PT Wirajaya Packindo akan mendirikan pabrik kertas di Jawa. PT Surabaya Agung berencana membangun pabrik di Gresik (Jatim) senilai Rp 774,72 miliar berkapasitas 110.000 ton per tahun, sedangkan PT Wirajaya akan berinvestasi Rp 250 miliar untuk membangun pabrik berkapasitas 150.000 ton per tahun di Tangerang (Banten).

Sementara itu, lewat APRIL, perusahaan kelompok Raja Garuda Mas (RGM) tengah membangun pabrik kertas keduanya di Sumatera. Pabrik yang dimulai pembangunannya tahun lalu itu akan dijadwalkan selesai akhir 2007, sehingga kapasitas produksi kertas naik dua kali lipat menjadi 800.000 ton setahun. APRIL yang merupakan salah satu produsen pulp terbesar di dunia ini mempunyai pabrik bubur kertas di Indonesia dengan total kapasitas produksi dua juta ton per tahun.

Ketua Presidium Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) HM Mansurmengatakan, investor pulpdan kertas domestik maupun asing sangat berminat membangun pabrik baru di negeri ini. Hal itu terkait ditutupnya sejumlah pabrik pulpdi kawasan Amerika Utara dan Eropa Utara karena tidak kompetitif lagi.

Selama ini, industri pulp di dua kawasan itu menguasai 56,4% produksi dunia yang mencapai 221,3 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksipulpIndonesia diperkirakan sebesar 6,73 juta ton pada 2007 dengan pangsa pasar dunia sebesar 2,5%.

Sebelumnya, Senior Director Corporate Logistic Division Sinar Mas Raymond A Liu mengatakan, sejumlah industri pulp dengan total kapasitas 2,4 juta ton di Amerika Utara telah ditutup dalam dua tahun terakhir. Industri itu antara lain Domtar, Neenah Paper, Sappi, Bowater, Fraser, Tembec, dan Western Pulp

Demikian pula industri pulp dan kertas di Eropa Utara banyak tutup dan merelokasi pabrik karena biaya buruh yang mahal maupun mesin yang sudah tua.

Mansur menjelaskan, sejumlah industri pulp dunia telah merelokasi pabrik ke Amerika Latin, sehingga kapasitas industri pulpnya melonjak, diprediksi menjadi delapan juta ton pada 2008.

*Terbesar Ketiga*
Menurut Mansur, saat ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk menarik investasi asing ke industri pulpdan kertas di Tanah Air. Amerika Latin pun takut Indonesia menjadi pesaing yang kuat, karena luas hutan Indonesia sangat besar, biaya produksinya kompetitif, serta dekat dengan Tiongkok yang menjadi tujuan ekspor pulp mereka.

Karena itu, Mansur dan Sekjen Masyarakat Perhutanan Indonesia Agung Nugraha optimistis, Indonesia mempunyai peluang untuk menjadi produsen pulp dan kertas terbesar ketiga di dunia. Sebab, negeri ini memiliki persediaan areal hutan tanaman industri (HTI ) yang sangat besar.

Menurut Agung, jika pemerintah dan pengusaha kehutanan mampu mewujudkan target pembangunan HTI seluas lima juta hektare (ha) serta hutan tanaman rakyat (HTR) seluas sembilan juta ha sampai 2009, kebutuhan bahan baku untuk industri pulptidak akan menjadi persoalan lagi. "Jika semua target penanaman itu bisa terpenuhi, Indonesia dapat menjadi produsen pulp dan kertas nomor tiga di dunia, paling cepat tahun 2012," ujar Agung.

Optimisme serupa juga diungkapkan Presdir Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Rudi Fajar. Menurut dia, tutupnya pabrik-pabrik pulp di Amerika Utara dan Eropa Utara membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi di sector ini.

"Dalam berbagai forum sudah dilontarkan peluang Indonesia menarik investasi besar-besaran dipulp, dan kita bisa melompat dari negara produsen ketujuh dunia menjadi terbesar ketiga," ujar Rudi.

Rudi Fajar menjelaskan, konsumsi pulp dunia akan terus naik, didorong naiknya konsumsi kertas di semua jenis, seiring membaiknya ekonomi dunia. Dalam pandangan Rudi, kebijakan pemerintah pada prinsipnya sudah sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen terbesar ketiga dunia. Ambisi ini dapat diwujudkan jika tersedia lahan yang mendapat perlindungan hokum kuat untuk pengembangan HTI. "RAPP masih berminat ekspansi, jika memang tersedia lahan untuk HTI," paparnya.

Untuk menyiasati berbagai kendala investasi di lapangan, kata Rudi, umumnya investor baru mengakuisisi perusahaan HTI maupun industri pulp dan kertas yang sekarat. Nantinya, investor baru itu tinggal membenahi manajemen dan teknologi.

Mansur menambahkan, saat ini total areal konsesi yang dimiliki perusahaan pulp nasional diperkirakan hanya 3,3 juta ha, dari total kawasan hutan produksi dan hutan produksi konversi yang dapat diberdayakan seluas 70 juta ha.

*Banyak Pungutan
*Mansur membeberkan sejumlah kendala yang menghambat langkah investorberinvestasi besar-besaran di Indonesia, seperti kepastian hukum danberbagai pungutan.

Investor, kata dia, butuh kepastian dan konsistensi hukum dalam jangka panjang serta jaminan keamanan, seperti bebas dari gangguan penyerobotan lahan dan penebangan liar di hutan tanaman industri. Investor juga menyoroti soal hambatan di perburuhan, korupsi,pungutan liar, maupun berbagai pungutan daerah.

"Kalau Indonesia tidak menyediakan jaminan keselamatan investasi itu,negara-negara lain seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Kamboja akan menjadi tujuan investasi yang dilirik investor asing," tutur Mansur.

Agung Nugraha mengakui beratnya beban pungutan yang dialami pengusahakehutanan. "Selama ini, pengusaha kehutanan memiliki kewajiban kepada Negara dan masyarakat lewat pajak dan nonpajak, termasuk 13 item pungutan seperti dana reboisasi, PSDH, serta pajak bumi dan bangunan," kata Agung.*(c92/c107/shd/en)
Read more...

11.30.2007

Industri Pulp dan Kertas di Provinsi Jambi

KEBERADAAN INDUSTRI PULP DAN KERTAS SERTA PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI JAMBI
Oleh: Diki Kurniawan*


Industri Pulp & Paper Di Provinsi Jambi
PT Lontar Papirus Pulp and Paper/LPPP (APP – Sinar Mas Group)
· Tekhnologi Leaching : H2Cl (Hidro Clorin) : tidak berbau
· Pengolahan limbah : bakteri? + suhu ttt aktif selama 24 jam
· Storage & pengangkutan : Pelabuhan peti kemas dan pengapalan melalui DAS Pengabuan
· Kapasitas produksi : 1,3 juta m3?
· Produk :tissue

Belum ada issu atau permasalahan baru yang berdampak pada masyarakat sekitar setelah terjadi perubahan manjemen dan teknologi pegolahan limbah.
Pembangunan HTI
· Pemenuhan bahan baku industri pulp & paper
· Developer : (APP – Sinar Mas Group)
1. PT Wira Karya Sakti (WKS)
2. PT Rimba Hutani Mas (RHM)
· Total luas Konsesi (existing) : 428.816 ha
· Rencana Perluasan Areal HTI : 133.730 ha (telah mendapat Rekomendasi Gubernur Jambi No. 522/12.8/9170/ Dishut/2006 tgl. 6 Maret 2006).

Permasalahan
ð Meningkatkan laju deforestasi hutan alam di Jambi karena kecenderungan pembangunan HTI adalah melalui konversi hutan alam eks HPH di areal Hutan Produksi dengan pola THPB. Bahan baku dari HTI belum bisa memenuhi kapasitas produksi PT LPPP.


ð Monokultur: HTI secara luas meningkatkan marginalisasi lahan dan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berada di dalam atau di sekitar hutan produksi yang akan dikonversi menjadi HTI.


ð Terjadi konflik antara perusahaan pengembang HTI dengan masyarakat dalam pemanfaatan lahan dan sumberdaya hutan. Konflik yang terjadi kurang terekspos di media (bisa jadi perusahaan dapat “meredam” media).


ð Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Provinsi) Jambi sangat mendukung investasi di daerah, termasuk perusahaan pengembang HTI, sehingga dalam kerangka lobbi dan kampanye advokasi cukup sulit mendapatkan akses informasi dan data terhadap kegiatan (termasuk perizinan) perusahaan pengembang HTI.

Read more...

Kehancuran Hutan Akibat Pembuatan HTI di Lahan Gambut
Kanalisasi

Bekas Kebakaran

 Kanalisasi Kanalisasi