Tampilkan postingan dengan label Berita Kompas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Kompas. Tampilkan semua postingan

11.21.2008

12.600 Pekerja Terancam PHK

Pemerintah Mencari Terobosan
Jumat, 21 November 2008 02:09 WIB

Jakarta, Kompas - Ancaman gelombang pemutusan hubungan kerja akibat krisis global mulai nyata dirasakan sektor manufaktur. Sampai Kamis (20/11), pemerintah menerima permintaan sejumlah perusahaan yang berniat melakukan PHK terhadap 12.600 pekerja dan merumahkan sedikitnya 1.200 orang.

Permintaan melakukan PHK disampaikan kepada tim sosialisasi dan monitoring peraturan bersama empat menteri tentang ”Pemeliharaan Momentum Pertumbuhan Ekonomi Nasional dalam Mengantisipasi Perkembangan Perekonomian Global”.

Sebagian besar dari perusahaan yang mengajukan PHK tersebut adalah sektor industri padat karya yang berlokasi di Jawa Barat, Kalimantan Barat, Riau, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Mengantisipasi dampak yang lebih buruk, pemerintah menindaklanjuti laporan ini dengan menurunkan tim mediasi ke berbagai perusahaan yang telah melapor. Tim yang dipimpin pejabat ketenagakerjaan akan memediasi perundingan antara pengusaha dan wakil pekerja untuk mencari solusi terbaik.

Salah satu perusahaan yang sudah mengumumkan PHK adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) atas 1.000 karyawan dan 1.000 karyawan lainnya dirumahkan. Menurut Direktur Utama PT RAPP Rudi Fajar, keputusan itu mulai berlaku Jumat ini.

Keputusan itu diambil manajemen RAPP, kata Rudi, karena perusahaan bubur kayu dan kertas itu mengalami kekurangan pasokan bahan baku, selain juga terkena imbas krisis global.

”Pilihan ini merupakan pilihan terakhir setelah perusahaan melakukan penghematan pengeluaran di sejumlah bidang,” kata Rudi.

Karyawan yang dikenai PHK dan dirumahkan, menurut Rudi, berasal dari segala level. Selain sejumlah tenaga kerja Indonesia, sekitar 35 pekerja asing juga terkena kebijakan tersebut. Hingga kemarin, RAPP mempekerjakan sekitar 4.000 karyawan

Kondisi industri di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, setali tiga uang. ”Sekarang industri kerajinan, khususnya kayu, tingkat produksinya turun sampai 30 persen akibat krisis,” kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Purbalingga Mukodam.

Produk kerajinan berupa pigura, tatakan kayu, laminating, keset, dan wadah baju ini di ekspor ke Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. ”Kini permintaan ekspor ke negara-negara itu terhenti. Kami belum tahu sampai kapan ditundanya,” ujar Arif Purnomo, pemilik Jasmin Craft.

Menanggapi kondisi itu, Menteri Kehutanan MS Kaban menyatakan, pihaknya berusaha membantu industri kehutanan dengan memudahkan perizinan, pasokan bahan baku, dan insentif-insentif lainnya. Pemerintah berharap upaya itu bisa menyelamatkan industri kehutanan.

Mencari terobosan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, yang dihubungi Kamis malam menjelaskan, tim mediasi akan mendorong pembicaraan bipartit sambil mencari terobosan untuk menghindari PHK. Erman meminta pekerja mau mengikuti proses mediasi dengan sabar.

”PHK ada prosedurnya, mulai dari usulan pengusaha ke pemerintah, verifikasi persoalan, alasan, tujuan, sampai pemeriksaan perusahaan. PHK baru sah setelah dinas tenaga kerja menyetujui,” kata Erman.

Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Rekson Silaban mengatakan, keterpaduan serikat buruh dan pengusaha dalam mengantisipasi dampak krisis global tak bisa dielakkan.

”Ancaman resesi sudah di depan mata, jangan lagi serikat buruh meributkan soal-soal yang tak substansial. Tantangan terbesar sekarang adalah bagaimana menyelamatkan perusahaan supaya tidak bangkrut dan kami tetap bisa bekerja,” kata Rekson.

Tujuh perusahaan kritis

Kabar memprihatinkan juga mencuat dari Kawasan Berikat Nusantara, Jakarta Utara. Krisis keuangan global mulai berimbas pada kegiatan ekspor hasil industri dan pabrik di KBN. Kabar terakhir tujuh perusahaan garmen yang berorientasi ekspor ke Amerika Serikat terancam tutup.

Menurut Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas, dirinya segera melaporkan kondisi riil ketenagakerjaan di wilayahnya kepada Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Hal ini mengantisipasi kemungkinan munculnya kerawanan sosial akibat dari rencana perusahaan melakukan PHK.

Selain tujuh perusahaan itu, sekitar 50 kegiatan bisnis di Jakarta Utara menghentikan aktivitasnya. Dari jumlah itu, 16 perusahaan dengan total buruh sebanyak 9.600 karyawan berada di KBN.

Namun, Sekretaris Perusahaan PT KBN Sentot Yoga Tamtomo menegaskan, belum ada satu pun perusahaan yang tutup atau gulung tikar pada tahun 2008. Bahkan, Sentot mengaku, dirinya belum tahu ada tujuh perusahaan di KBN yang kini dalam kondisi kritis akibat sepi order.

PT KBN memiliki tiga wilayah usaha, yakni KBN Cakung dengan 100 investor, KBN Marunda 40 investor, dan KBN Tanjung Priok 8 investor. Sekitar 90 persen investor di tiga kawasan itu produsen garmen, yang 85-90 persennya diekspor ke AS.(ham/hrd/han/CAL)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/21/02091484/12.600.pekerja.terancam.phk

Read more...

10.17.2008

Pabrik Kertas Terpukul

Krisis Finansial Turunkan Permintaan
Jumat, 17 Oktober 2008 00:34 WIB

Pekanbaru, Kompas - Dampak krisis finansial global mengakibatkan pabrik pulp dan kertas terbesar di Tanah Air, PT Riau Andalan Pulp and Paper dan PT Indah Kiat Pulp and Paper, harus mengurangi produksi karena kurangnya permintaan dari luar negeri.
”Pengurangan produksi kami mencapai 30 sampai 40 persen dan kami tidak tahu kondisi ini akan berlangsung sampai kapan,” ujar Rudi Fajar, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), yang dihubungi Kamis (16/10).

Dengan berkurangnya kapasitas sampai 40 persen, Rudi mengatakan, pihaknya hanya mengoperasikan satu dari dua pabrik yang terpasang. Selain itu, manajemen telah melakukan sejumlah penghematan di segala bidang.

”Kami hanya tidak melakukan penghematan untuk penyediaan bahan baku, bahan bakar, dan gaji pegawai. Sementara dalam bidang-bidang yang lain, seluruhnya sudah dilakukan penghematan, misalnya mengurangi perjalanan dinas dan lain-lain,” tegas Rudi.
Efisiensi

Secara terpisah, Humas PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP), Nurul Huda, mengatakan, pihaknya masih mengoperasikan dua pabrik. Meski demikian, pihaknya juga telah melakukan efisiensi di segala bidang.

Menurut Nurul, PT IKPP sedang mencari pasar baru selain Eropa dan China yang selama ini mendominasi pasar ekspor.

”Kami akan berupaya membuka pasar Timur Tengah yang mungkin tidak terlalu terkena imbas krisis global,” katanya.

Meski sudah melakukan efisiensi, baik PT RAPP dan PT IKPP belum bermaksud mengurangi karyawan dengan jalur pemutusan hubungan kerja. Namun, Rudi mengatakan, pihaknya terpaksa memutus kerja sama dengan beberapa kontraktor karena berkurangnya produksi.
”PHK merupakan jalan terakhir. Namun, kami tidak tahu dengan karyawan kontraktor apakah sudah ada pemutusan hubungan kerja,” kata Rudi.

Adapun, Nurul mengatakan, kontraktor yang sudah memiliki surat perintah kerja tetap bekerja sesuai kontrak. Namun, kontraktor yang belum memiliki SPK akan dievaluasi kembali. Bila pekerjaan masih dikategorikan prioritas akan dilanjutkan, tetapi kalau masih dapat ditunda akan diberhentikan sementara.

Membantah
Nurul membantah rumor yang beredar di Pekanbaru bahwa PT IKPP akan merumahkan 800 karyawannya bila krisis belum berakhir dalam dua bulan ke depan.
”Belum, kami belum akan melakukan PHK. Mudah-mudahan, krisis segera berakhir,” kata Nurul.

Menurut Rudi, beberapa pembeli luar negeri sebenarnya masih berkeinginan membeli pulp dari PT RAPP.

Namun, tidak ada kejelasan bagaimana skema pembayaran. Daripada nantinya pembayaran macet, PT RAPP belum dapat melakukan pengiriman.
Di pasar internasional, kata Rudi, harga pulp saat ini telah anjlok lebih dari 30 persen. Harga sebelumnya mencapai 850 dollar AS per ton, tetapi saat ini tinggal 550 dollar AS.
PT RAPP dan PT IKPP adalah dua produsen pulp dan kertas yang terbesar di Indonesia. Produksi dua perusahaan ini mencapai 65 persen dari total produksi nasional. Produksi PT IKPP dan PT RAPP mencapai 4 juta ton per tahun. (SAH)

Read more...

Kehancuran Hutan Akibat Pembuatan HTI di Lahan Gambut
Kanalisasi

Bekas Kebakaran

 Kanalisasi Kanalisasi