JAKARTA--- Penutupan sejumlah pabrik pulp di Eropa dan Amerika Utara telah memicu keterbatasan pasokan di dunia. Akibatnya, harga kertas yang merupakan produk akhir dari pulp di pasar internasional telah menyentuh 1.100 dolar AS per ton. Angka tersebut naik 37,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni sekitar 800 hingga 850 dolar AS per ton.
Pada Mei tahun ini, harga pulp serat panjang di Asia sekitar 760 hingga 780 dolar AS per ton. Sedangkan pulp serat pendek 750 hingga 780 dolar AS per ton. Bulan April lalu, harga pulp serat pendek masih di bawah 750 dolar AS per ton. Sedangkan pulp serat pendek 720 hingga 740 dolar AS per ton. Artinya, dalam sebulan terjadi kenaikan harga 20 hingga 30 dolar AS per ton.
Menanggapi penutupan pabrik pulp di Eropa dan Amerika Utara yang masih berlanjut itu, Ketua Umum Asosiasi Industri Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M Mansyur mengatakan, penutupan tersebut mendorong perusahaan pengelola dana dari Amerika Serikat, Octrian Grammacy, agresif mengincar produsen pulp terbesar di Indonesia, yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
Indonesia menjadi salah satu incaran investor asing, selain Amerika Selatan. Pabrik-pabrik pulp di Indonesia menjadi incaran perusahaan asing karena negeri ini menjadi produsen kesembilan dunia saat ini (lihat tabel). ''Sejumlah perusahaan pulp asing terus memburu akuisisi pabrik-pabrik pulp di Indonesia untuk mengurangi defisit pasokan di dunia yang menyebabkan harga komoditas itu melonjak tajam pada awal tahun ini,’’ ujar Mansyur.
Menurutnya, kemungkinan ke arah akuisisi sangat terbuka karena perusahaan asing memiliki kemampuan finansial yang kuat. Jika perhitungan perusahaan asing ingin investasi berjangka waktu cepat, menurutnya, sangat mungkin akusisi terjadi. Sebab, investasi membangun pabrik pulp membutuhkan waktu lebih lama. Sedangkan perusahaan pengelola dana bahkan pabrik asal Eropa dan Amerika Utara itu akan mengkalkulasi investasi yang tingkat pengembaliannya lebih cepat. ''Tapi tentu harus tetap sesuai standar yang baku,'' ujarnya.
Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian (Depperin), Benny Wachjudi mengatakan, saat ini investasi di sektor pulp terbuka untuk asing. Karena itu, menurutnya, pabrik pulp nasional perlu mengefisienkan diri untuk mengantisipasi persaingan yang adil.
Sebelumnya, Wakil Presiden Komisaris PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk, Gandhi Sulistiyanto menjelaskan, Octrian Grammacy diduga menjadi pemicu berhembusnya sentimen negatif untuk industri pulp nasional. Tujuannya agar mereka dapat mengakuisisi dengan harga murah.
Gandhi mengungkapkan, perusahaan-perusahaan asing di Finlandia, Amerika Serikat, Kanada, dan Tiongkok sebenarnya ingin masuk ke Indonesia untuk mendapatkan akses bahan baku pulp. Mereka juga ingin mengakuisisi perusahaan yang ada atau mendirikan yang baru. ''Mereka juga mengincar Indah Kiat dengan cara mengganggu stabilitas perusahaan kami,'' papar Gandhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar