12.07.2008

DUNIA, SAATNYA HEMAT KERTAS

DUNIA, SAATNYA HEMAT KERTAS

 

 

Selesai melakukan aktifitas sebagai pengajar, dengan wajah layu yang menyusuri jalan sempit di perkotaan, ternyata ini memberikan inspirasi yang luar biasa bagi saya untuk menulis mengenai kertas. Ternyata sempitnya perkotaan juga memberikan makna lebih bagi lingkungan dan kelanjutan alam ini.

Ketika pulang, jarak 15 KM tidaklah jarak yang dekat bagi saya, karena setelah memberikan materi pengajaran yang cukup memeras pikiran ini begitu memelahkan. Ketika berada dijalan sempit itulah saya menemukan sebuah hal yang mengusik fikiran. Saya memang hobi bercerita sendiri ketika diatas kendaraan. Suka ngomel-ngomel sendiri bahkan hingga berpikir kesesuatu yang mustahil.

Suasana pilkada, ini yang mengusik saya. Ketika menyusuri jalan sempit itu, saya melihat bendera partai polotik. Wah, warna-warninya begitu pas tepat mengenai pikiran saya mengenai ilmu periklanan. Ketika orang "ngeh" atas iklan, paling tidak adalah melirik, maka pesan yang di sampaikan pengiklan sudah hampir sampai, dan mungkin sudah sampai. Tetapi pada tataran "menggoda" untuk orang melihat. Dan itu adalah saya sebagai korbannya. Bendera parpol itu berukuran kcil, tetapi asik dilihat. Bentuknya yang simpel dan tidak muluk-muluk. Hanya warna dasar kain dan sedikit sentuhan warna pada logo dan tulisan partai politik. Tetapi ternyata ada yang lebih menggoda dan itu sangat dahsyat, ternyata bendera parpol itu berdiri diatas kayu kecil dengan panjang antara 0.5-1.5 meter.

Kemudian saya berpikir, berapa kira-kira berapa jumlah bendera dalan setiap kota. Saya bertanya kepada rekan-rekan saya yang menjadi tim sukses, ternyata dalam setiap kota, mereka menancapkan antara 1000-2500 bendera/umbul-umbul parpol. Nah, berapa parpol di Indonesia yang mengikuti pemilu periode ini ada 34 parpol belum termasuk parpol daerah aceh dan yang lainnya. Kita bisa menghitung jika kita menghitung rata-rata dari parpol mengibarkan umbul-umbul dan bendera dengan jumlah 1500 saja maka dari 34 parpol tersebut menebang kayu untuk satu kota adalah 51000 pohon kecil. Itu baru parpol, belum lagi hajatan atau kegiatan yang lainnya. Sementara program pemerintah untuk reboisasi dalam setiap tahun, untuk satu wilayah tidak mencapai angka tersebut. Kita bisa perbandingkan ini dengan perusahaan perusak lingkungan yang menebang phonon tanpa izin alias maling. Tetapi ini adalah bukan suatu pembelaan terhadap salah satunya, kalau perusaan menebang tidak perduli akan musim, mau tahun kapanpun ia akan terus menebang. Tetapi jika parpol, ini musiman saja, yaitu pada saat-saat menjelang pemilu saja.

Mari, analisa sederhana kita lanjutkan. Dalam satu kota seluruh parpol menghabiskan 51000 batang pohon, nah di riau ada 11 kabupaten/kota. Maka jumlah pohon yang ditebang adalah 51.000x11=561.000 pohon. Dan itu baru jumlah dalam kota, belum lagi yang masuk ke desa, kecamatan dll. Dan lagi-lagi, itu baru saja pohon yang di tebang, belum kita hitung berapa jumlah pohon yang mati akibat ulah para parpol (memasang bendera, spanduk, baliho, dll) karena kena tusukan paku. Sementara itu, program pemerintah untuk reboisasi berapa kayu yang ditanam itu hidup? Dan berapa banyak jumlah yang mati? Sungguh angka yang fantastis bukan? Itu belum lagi kebutuhan kertas untuk media kampanye mereka.

Kita ambil contoh lahan Lebarnya 8 kaki, panjangnya 4 kaki, dan tingginya 4 kaki. 3 kaki kira-kira sama dengan 1 meter. Apa saja yang bisa dihasilkan oleh lahan ini? Ternyata pohon-pohon itu bisa menghasilkan 1000-2000 pon kertas, atau 1/2-1 ton kertas, atau 942.100 halaman buku, atau 4.384.000 perangko, atau 2700 eksemplar koran. Sebandingkah ini dengan satu sisi penghancuran hutan? Ini kita tinjau baru dari satu sisi. Belum lagi pengrusakan yang lain, para mavia-mavia hutan, pengusaha yang tidak ramah lingkungan dan lain sebagainya.



Enrich your blog with Windows Live Writer. Windows Live Writer

1 komentar:

yet mengatakan...

Sependapat dgn uraian ttg ulah caleg dan parpol yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Semoga setelah terpilih mereka mengingat+memperbaiki lingkungan yang dirusaknya.

Kehancuran Hutan Akibat Pembuatan HTI di Lahan Gambut
Kanalisasi

Bekas Kebakaran

 Kanalisasi Kanalisasi